EVAKUASI:
(Atas) Personel TNI menemukan jenazah penumpang Sukhoi Superjet 100.
(Bawah) Sejumlah barang bawaan dan kartu identitas penumpang sedang
dikemasi.
BOGOR - Setelah tiga hari
melakukan pencarian, tim SAR gabungan dari Paskhas TNI AU, Wanadri,
Dompet Duafa, Bogor SAR Community dan Pramuka Peduli, akhirnya tiba di
lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor,
Jumat (11/5), kemarin. Tim menemukan serpihan pesawat dan 12 mayat yang
sudah tidak utuh pada pukul 13:15. Kondisi mayat sudah hancur dan sulit
diidentifikasi.
Tim SAR gabungan bergerak menuju ke lokasi jatuhnya pesawat melalui
jalur Cimelati, Sukabumi pukul 07:15, kemarin. Mereka tiba di Puncak
Salak I pukul 11:00. Tepatnya pukul 13:15, tim sudah menemukan posisi
pesawat yang jatuh di koordinat 06°42”567’ LS dan 106°43”56,3’ BT.
“Setelah mendaki selama lima jam, kami menemukan korban dan semuanya
meninggal dunia. Kondisinya sudah hancur dan sulit diidentifikasi,” ujar
anggota tim SAR yang meminta namanya tidak dikorankan.
Ia menyebutkan, kondisi korban cukup mengenaskan. Sebagain tubuh korban
sudah hancur dan berbentuk serpihan daging. “Bahkan, kepala salah satu
korban sudah lepas. Ada juga bagian tubuh korban yang tersangkut di
pepohonan,” tambahnya.
Ia mengungkapkan bahwa posisi lokasi serpihan pesawat berada di Puncak
Salak I, yang memiliki ketinggian 2.500 Mdpl, atau 7.000 kaki. “Dari
lokasi Puncak Salak I ini ada hamparan datar dan terdapat makam keramat,
Syeh Hasan Basri. Dari lokasi makam tersebut kami harus turun ke lembah
sedalam 500-600 meter dengan kemiringan sekitar 85 derajat, yang harus
ditempuh dengan jalan kaki sekitar 30 menit,” terangnya.
Di lokasi penemuan, tim SAR menemukan sejumlah barang milik korban, di
antaranya ATM BNI milik Gatot Purwoko, KTP atas nama Nur Ilmawati, KTP
milik Edward Maraden Panggabean, kartu pengenal Aan Husniana Wiganda,
dan paspor milik warga Rusia.
Tim SAR juga menemukan kartu pengenal PT Sky Air Aviation milik Rahmati
Susanti dan perlengkapan lainnya, seperti dompet dan pakaian korban.
“Seluruh barang bukti yang ditemukan di lokasi saat ini diamankan
Basarnas,” katanya.
Evakuasi jenazah rencananya akan dilakuakan dengan cara mengumpulkan
semua kantong mayat terlebih dahulu di Puncak Salak I. Bila cuaca
mendukung maka semua kantong jenazah akan ditarik (sling) menggunakan
helikopter. Tapi jika tidak mendukung, maka proses evakuasi akan
dilakukan menggunakan jalur darat.
Danrem 061 Suryakencana Kolonel Infanteri. A M Putranto menyebutkan, tim
SAR gabungan sudah memasukkan serpihan jenazah korban Sukhoi ke dalam
12 kantong jenazah, sore kemarin. ”Sudah ada enam kantong jenazah di
helipad 2211 di Puncak I,” ujarnya kepada wartawan di Posko Utama, Balai
Embrio Sapi Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, kemarin sore.
Akan tetapi, lanjutnya, jenazah tersebut belum dapat dibawa ke Jakarta
akibat kondisi cuaca yang tak mendukung. Sedangkan enam kantong jenazah
lainnya belum diangkut atau masih berada di bawah jurang.
“Susah dimasukkan ke kantong jenazah. Tidak bisa dibawa sekarang karena situasi cuaca yang tidak memungkinkan,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sebanyak 33 unit ambulans sudah disiapkan
di posko utama. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi, jika evakuasi
melalui jalur udara tidak memungkinkan.
Sehingga, evakuasi akan dilakukan lewat darat, yakni jalur Posko Embrio
dan dibawa secara berantai atau estafet. Rencananya, 12 kantong jenazah
itu akan diterbangkan langsung ke landasan udara Halim Perdanakusuma
menggunakan helikopter. “Besok pagi seluruh jenazah akan dievakuasi.
Kita usahakan evakuasi secepat mungkin,” tandasnya.
Terpisah, Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kombes Anton
Castilani menjelaskan, meskipun sudah ada 12 kantong jenazah atau
cadaver, belum tentu ada 12 jasad di kantong itu. “Bisa saja lebih, bisa
juga kurang,” katanya.
Itu karena, potongan tubuh yang diduga tidak utuh harus dicek dulu
sesuai data antemortem (sebelum kematian) yang sudah disetor keluarga
korban. “Satu kantong jenazah itu bisa saja 30 jasad,” katanya.
Meskipun sudah menerima laporan dari lapangan langsung, Anton menolak
menjelaskan secara detail kondisi korban. “Tunggu identifikasi saja,”
katanya. Untuk tes DNA satu sampel butuh waktu dua minggu. Laboratorium
DNA Polri bisa memeriksa 96 sampel sekaligus dalam satu waktu. “Semoga
saja kondisinya baik,” kata Anton.
Dia juga sudah menerima data-data antemortem berupa sisa rambut, bekas
sikat gigi, bahkan sampel lipstick dari para keluarga korban. “Itu
sangat berguna sekali,” katanya.
Dari barang-barang sehari-hari itulah sampel DNA diambil lalu nanti
dicocokkan. “Kalau yang teridentifikasi secara fisik, misalnya bentuk
giginya, ya tidak perlu tes DNA,” katanya.
Di depan keluarga korban, Kombes Anton berjanji akan mengembalikan
setiap potongan tubuh korban pada keluarga. “Sebagai pribadi dan atas
nama Polri, saya akan pastikan setiap jasad atau potongan tubuh keluarga
bapak ibu akan kami kembalikan ke keluarga,” katanya dengan nada tegas.
Ucapan Anton ini disambut haru oleh keluarga. Sebagian besar menangis
lagi. Bahkan salah satu adik kandung korban Edward Panggabean
(IndoAsia), Ellida ,43 mendadak pingsan dan harus dirawat di ruang P3K.
Namun, banyak juga keluarga yang masih optimistis. Misalnya, Syenni,
mertua salah satu korban bernama Rully Darmawan. “Aku yakin Tuhan
lindungi Rully, dia masih hidup, “ katanya berkali-kali.
Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Lanud Atang Sanjaya Bogor Mayor
Amri Lubis menjelaskan, jika pagi ini cuaca clear, heli akan berangkat
pukul 5 pagi. “Diperkirakan jam 8 sudah bisa sampai di Halim
Perdanakusumah,” katanya.
Meski begitu, heli tidak bisa langsung menurunkan rescuer dengan terbang
hoisting (heli standby di udara) . “Kemiringannya tidak memungkinkan
bagi penolong untuk turun langsung dari heli menggunakan teknik
rappelling,” katanya.
Jadi, heli akan turun di helipad darurat, selanjutnya menunggu tim SAR darat membawa korban dengan jalan kaki.
“Lancar tidaknya tergantung dari cuaca,kita berdoa sky clear besok (hari ini, red),” katanya. (ric/sdk/bac/JP)